Penulis Jurnal : Muhammad
Erri Kurniawan, Yudha Satria, Sugiyanto dan Hari Budieny
Judul Jurnal : Perencanaan Embung Blorong Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
1.1.
Penentuan Judul
Judul ”Perencanaan Embung Blorong Kabupaten Kendal, Jawa Tengah” di pilih karena sangat tepat
untuk di bahas karena saat ini air sangat
dibutuhkan mengingat kebutuhan pangan yang terus bertambah. Musim kemarau
panjang juga menjadi faktor mengapa direncanakan pembuatan embung.
1.2.
Abstrak
Berdasarkan abstrak yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan
bahwa abstrak tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu kekurangan air
pada puncak musim kemarau antara bulan September sampai bulan Oktober. Data
yang disajikan penulis sesuai dengan data yang diberikan oleh stasiun pengamatan
hujan wilayah DAS Embung
Blorong.
1.3. Latar Belakang
Berdasarkan
latar belakang yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa permasalahan yang
dijelaskan penulis sesuai dengan permasalahan yang
melanda Indonesia yaitu hingga
saat ini pasokan air untuk masyarakat sangat
kurang akibat pengelolaan air dan pemeliharaan jaringan irigasi yang belum
benar terutama pada musim kemarau sehingga berdampak kepada masyarakat.
Akibatnya masyarakat kesulitan untuk memproduksi bahan pangan karena kurangnya
pasokan air. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
Pemerintah harus membangun sarana dan prasarana yang memadai sehingga
ketersediaan air untuk kegiatan irigasi dapat berlangsung secara efektif,
efisien dan berkelanjutan.
Kabupaten
Kendal merupakan salah satu daerah yang memiliki daerah irigasi teknis 26.231
Ha dan dialiri oleh sebelas
sungai yang cukup besar yaitu Sungai Aji, Sungai Waridin, Sungai Plumbon,
Sungai Blorong, Sungai Kendal, Sungai Buntu, Sungai Bodri, Sungai Blukar,
Sungai Bulanan, Sungai Kuto dan Sungai Damar. Sungai Blorong merupakan sungai
dengan panjang 51 km dan memiliki luas DAS 167,01 km2. Pada aliran Sungai
Blorong ini terdapat sebuah bendung yaitu Bendung Kedung Pengilon yang dibangun
pada tahun 1936. Bendung Kedung Pengilon ini mengairi D.I Kedung Pengilon
dengan luas 2577 Ha. Pada saat musim kemarau, aliran air Sungai Blorong yang
dibendung oleh Bendung Kedung Pengilon hanya mampu mengairi sebagian dari sawah
D.I. Kedung Pengilon. Daerah irigasi yang mengalami kekurangan yaitu seluas
sekitar 1200 Ha. Dengan pembangunan
embung diharapkan dapat
menampung cadangan air selama musim hujan dan digunakan saat musim kemarau.
1.4.
Metode Pengumpulan Data
Tahap-tahap yang
dilakukan penulis
dalam kegiatan ini yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan dan pengolahan
data, tahap perencanaan dan desain, tahap pembuatan dokumen kontrak, dan metode
pelaksanaannya. Akan tetapi tidak semua tahap
dijelaskan dalam jurnal tersebut. Penulis memperoleh data primer dari
pengamatan langsung dan data sekunder dari stasiun pengamatan hujan serta dari
referensi yang ada.
1.5.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan
yang dilakukan penulis yaitu perhitungan debit banjir
rencana yang digunakan adalah metode Hidrograf Sintetik Satuan (HSS) Gama I
dengan periode ulang 25 tahun Q25
503,756 m3/detik.
Embung Blorong direncanakan dengan tinggi 19 meter (elevasi +58 m) yang
memiliki volume efektif tampungan 1.589.706 m3 dengan bangunan
pelimpah pada elevasi +53 m dan menggunakan kolam olakan USBR tipe IV. Rencana
Anggaran dan Biaya untuk pembuatan Embung Blorong sebesar Rp. 24.242.419.000,00.
Sumber:
http://www.e-jurnal.com/2016/08/perencanaan-embung-blorong-kabupaten.html
Penulis Jurnal : Linda
Permatasari, Rahadhiyan Putra W, Parang Sabdono dan Hardi Wibowo
Judul Jurnal : Perencanaan Struktur Gedung Menara BRI Semarang
1.1.
Penentuan Judul
Judul ”Perencanaan Struktur Gedung Menara BRI Semarang” dipilih karena sangat tepat untuk dibahas karena saat ini gedung bertingkat sangat dibutuhkan mengingat
semakin besarnya kebutuhan gedung perkantoran serta minimnya lahan yang ada.
1.2.
Abstrak
Berdasarkan abstrak
yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa abstrak tersebut sesuai dengan
permasalahan yang ada yaitu keberadaan Indonesia di wilayah zona gempa bumi. Hal
ini menyebabkan kebutuhan akan bangunan tahan gempa sangat diperlukan. Perencanaan struktur gedung menara BRI Semarang menggunakan Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2002) sedangkan analisis beban gempa menggunakan metode spektrum respon
berdasarkan Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012). Perencanaan struktur gedung menara BRI Semarang menggunakan
metode Strong Column Weak Beam (Kolom Kuat Balok Lemah).
1.3. Latar Belakang
Berdasarkan
latar belakang yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa permasalahan yang
dijelaskan penulis sesuai dengan permasalahan yang
ada yaitu
perkembangan ekonomi dan sosial yang cukup pesat di Kota Semarang membuat
kebutuhan akan gedung perkantoran sangat diperlukan. Akan tetapi lahan yang
tersedia masih minim sehingga gedung yang direncanakan adalah gedung bertingkat
tinggi. Gedung bertingkat tinggi memiliki resiko
yang lebih besar terhadap gaya gempa. Semakin tinggi suatu gedung, perpindahan
horizontal yang diterima
oleh lantai teratas akibat gaya gempa akan semakin besar. Oleh karena itu, gaya
gempa menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan
gedung bertingkat tinggi.
1.4.
Metode Pengumpulan Data
Tahap-tahap pengumpulan data yang
dilakukan penulis
dalam kegiatan ini tidak dijelaskan di
dalam jurnal sehingga pembaca tidak tahu data-data di dalam jurnal tersebut
berasal dari mana saja.
1.5.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis yaitu menurut
SNI 03-1726- 2012 pasal 7.2.5.5, Gedung Menara BRI Semarang termasuk dalam
kategori desain seismic tipe D, sehingga didesain menggunakan Struktur Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Dari hasil analisis program SAP2000 V.14, ragam
pertama dan kedua pada struktur gedung dominan translasi, sehingga perencanaan
sudah sesuai dengan persyaratan. Dari hasil analisis program SAP2000 V.14
didapatkan nilai waktu fundamental awal Tx = 1,456 detik dan Ty = 1,396 detik,
yang lebih kecil daripada Tmax = 1,472 detik, sehingga sudah memenuhi
persyaratan.
Sumber:
http://www.e-jurnal.com/2016/08/perencanaan-struktur-gedung-menara-bri.html
Penulis Jurnal : Frangky A
Pangaribuan, Bernard Septian, Sri Sangkawati dan Sutarto Edhisono
Judul Jurnal : Perencanaan Bendungan Matenggeng di Kabupaten Cilacap
1.1.
Penentuan Judul
Judul ”Perencanaan Bendungan Matenggeng di Kabupaten
Cilacap” dipilih karena sangat tepat untuk
dibahas karena saat ini Cilacap
mempunyai masalah banjir pada saat musim hujan dan kekurangan air bersih pada
saat musim kemarau.
1.2.
Abstrak
Berdasarkan abstrak yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan
bahwa abstrak tersebut menjelaskan potensi Sungai Cijolang untuk dikembangkan
dengan membangun Bendungan
Matenggeng. Bendungan Matenggeng diproyeksikan untuk memenuhi
kebutuhan air baku di delapan kecamatan, kebutuhan air irigasi untuk D.I. seluas 7.175
ha dan tenaga listrik.
1.3. Latar Belakang
Berdasarkan latar
belakang yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa permasalahan yang
dijelaskan penulis sesuai dengan permasalahan yang
melanda masyarakat Indonesia yaitu kesulitan mencari air bersih saat musim kemarau
tiba. Akibatnya masyarakat kesulitan untuk memproduksi bahan pangan karena kurangnya
pasokan air. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kebutuhan air di wilayah Cilacap Barat dipasok dari Waduk
Manganti di Provinsi Jawa Barat. Akan tetapi jika musim kemarau tiba, air waduk
tersebut menyusut drastis. Sehubungan dengan
permasalahan tersebut, maka diperlukan infrastruktur bendungan yang layak
teknik, ekonomi, sosial dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
1.4.
Metode Pengumpulan Data
Tahap-tahap pengumpulan data yang
dilakukan penulis
dalam kegiatan ini tidak disebutkan
secara jelas akan tetapi pembaca menyimpulkan beberapa data diperoleh dari
stasiun pengamatan hujan.
1.5.
Hasil Pengamatan
Hasil
pengamatan yang dilakukan penulis yaitu Bendungan
Matenggeng dibangun dengan kapasitas tampungan sebesar 66.535.882,12 m3.
Bendungan ini dapat menyuplai air baku di delapan kecamatan dengan proyeksi
selama 50 tahun dan daerah irigasi sawah eksisting maupun pembukaan sawah baru
dengan luas total 7.715 ha. Bendungan
dibangun menggunakan tipe bendungan urugan batu dengan inti lempung, karena ketersedian
material batuan yang mencukupi disekitar lokasi bendungan. Dari hasil
perhitungan dapat disimpulkan :
1.
Tinggi badan bendungan
adalah 82,5 m dengan elevasi puncak bendungan pada + 170,00.
2.
Panjang badan bendungan
adalah 630 m dengan lebar bendungan 405 m.
3.
Lebar mercu bendungan adalah
30 m.
4.
Saluran pengarah pada spillway
selebar 30 m.
5.
Dimensi kolam olak
adalah 28 m x 73 m, dengan USBR tipe 2.
6.
Tubuh bendungan stabil
terhadap longsor dengan kemiringan 1:2,5 pada hulu dan 1:2,25 pada hilir
bendungan.
7.
Panjang terowongan
pengelak adalah 550 m.
Sumber:
http://www.e-jurnal.com/2016/08/perencanaan-bendungan-matenggeng-di.html