Social Icons

Pages

Selasa, 25 Oktober 2016

Review Jurnal Teknik Sipil

Penulis Jurnal  : Muhammad Erri Kurniawan, Yudha Satria, Sugiyanto dan Hari Budieny
Judul Jurnal     : Perencanaan Embung Blorong Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

1.1.  Penentuan Judul
Judul Perencanaan Embung Blorong Kabupaten Kendal, Jawa Tengah” di pilih karena sangat tepat untuk di bahas karena saat ini air sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan pangan yang terus bertambah. Musim kemarau panjang juga menjadi faktor mengapa direncanakan pembuatan embung.

1.2.  Abstrak
Berdasarkan abstrak yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa abstrak tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu kekurangan air pada puncak musim kemarau antara bulan September sampai bulan Oktober. Data yang disajikan penulis sesuai dengan data yang diberikan oleh stasiun pengamatan hujan wilayah DAS Embung Blorong.

1.3.  Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa permasalahan yang dijelaskan penulis sesuai dengan permasalahan yang melanda Indonesia yaitu hingga saat ini pasokan air untuk masyarakat sangat kurang akibat pengelolaan air dan pemeliharaan jaringan irigasi yang belum benar terutama pada musim kemarau sehingga berdampak kepada masyarakat. Akibatnya masyarakat kesulitan untuk memproduksi bahan pangan karena kurangnya pasokan air.  Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah harus membangun sarana dan prasarana yang memadai sehingga ketersediaan air untuk kegiatan irigasi dapat berlangsung secara efektif, efisien dan berkelanjutan.
Kabupaten Kendal merupakan salah satu daerah yang memiliki daerah irigasi teknis 26.231 Ha dan dialiri oleh sebelas sungai yang cukup besar yaitu Sungai Aji, Sungai Waridin, Sungai Plumbon, Sungai Blorong, Sungai Kendal, Sungai Buntu, Sungai Bodri, Sungai Blukar, Sungai Bulanan, Sungai Kuto dan Sungai Damar. Sungai Blorong merupakan sungai dengan panjang 51 km dan memiliki luas DAS 167,01 km2. Pada aliran Sungai Blorong ini terdapat sebuah bendung yaitu Bendung Kedung Pengilon yang dibangun pada tahun 1936. Bendung Kedung Pengilon ini mengairi D.I Kedung Pengilon dengan luas 2577 Ha. Pada saat musim kemarau, aliran air Sungai Blorong yang dibendung oleh Bendung Kedung Pengilon hanya mampu mengairi sebagian dari sawah D.I. Kedung Pengilon. Daerah irigasi yang mengalami kekurangan yaitu seluas sekitar 1200 Ha. Dengan pembangunan embung diharapkan dapat menampung cadangan air selama musim hujan dan digunakan saat musim kemarau.

1.4.  Metode Pengumpulan Data
Tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam kegiatan ini yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap perencanaan dan desain, tahap pembuatan dokumen kontrak, dan metode pelaksanaannya. Akan tetapi tidak semua tahap dijelaskan dalam jurnal tersebut. Penulis memperoleh data primer dari pengamatan langsung dan data sekunder dari stasiun pengamatan hujan serta dari referensi yang ada.

1.5.  Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis yaitu perhitungan debit banjir rencana yang digunakan adalah metode Hidrograf Sintetik Satuan (HSS) Gama I dengan periode ulang 25 tahun Q25 503,756 m3/detik. Embung Blorong direncanakan dengan tinggi 19 meter (elevasi +58 m) yang memiliki volume efektif tampungan 1.589.706 m3 dengan bangunan pelimpah pada elevasi +53 m dan menggunakan kolam olakan USBR tipe IV. Rencana Anggaran dan Biaya untuk pembuatan Embung Blorong sebesar Rp. 24.242.419.000,00.
                               
Sumber:

http://www.e-jurnal.com/2016/08/perencanaan-embung-blorong-kabupaten.html



Penulis Jurnal  : Linda Permatasari, Rahadhiyan Putra W, Parang Sabdono dan Hardi Wibowo
Judul Jurnal     : Perencanaan Struktur Gedung Menara BRI Semarang

1.1.  Penentuan Judul
Judul Perencanaan Struktur Gedung Menara BRI Semarang” dipilih karena sangat tepat untuk dibahas karena saat ini gedung bertingkat sangat dibutuhkan mengingat semakin besarnya kebutuhan gedung perkantoran serta minimnya lahan yang ada.

1.2.  Abstrak
Berdasarkan abstrak yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa abstrak tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu keberadaan Indonesia di wilayah zona gempa bumi. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan bangunan tahan gempa sangat diperlukan. Perencanaan struktur gedung menara BRI Semarang menggunakan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) sedangkan analisis beban gempa menggunakan metode spektrum respon berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012). Perencanaan struktur gedung menara BRI Semarang menggunakan metode Strong Column Weak Beam (Kolom Kuat Balok Lemah).

1.3.  Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa permasalahan yang dijelaskan penulis sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu perkembangan ekonomi dan sosial yang cukup pesat di Kota Semarang membuat kebutuhan akan gedung perkantoran sangat diperlukan. Akan tetapi lahan yang tersedia masih minim sehingga gedung yang direncanakan adalah gedung bertingkat tinggi. Gedung bertingkat tinggi memiliki resiko yang lebih besar terhadap gaya gempa. Semakin tinggi suatu gedung, perpindahan horizontal yang diterima oleh lantai teratas akibat gaya gempa akan semakin besar. Oleh karena itu, gaya gempa menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi.
1.4.  Metode Pengumpulan Data
Tahap-tahap pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam kegiatan ini tidak dijelaskan di dalam jurnal sehingga pembaca tidak tahu data-data di dalam jurnal tersebut berasal dari mana saja.

1.5.  Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis yaitu menurut SNI 03-1726- 2012 pasal 7.2.5.5, Gedung Menara BRI Semarang termasuk dalam kategori desain seismic tipe D, sehingga didesain menggunakan Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Dari hasil analisis program SAP2000 V.14, ragam pertama dan kedua pada struktur gedung dominan translasi, sehingga perencanaan sudah sesuai dengan persyaratan. Dari hasil analisis program SAP2000 V.14 didapatkan nilai waktu fundamental awal Tx = 1,456 detik dan Ty = 1,396 detik, yang lebih kecil daripada Tmax = 1,472 detik, sehingga sudah memenuhi persyaratan.

Sumber:
http://www.e-jurnal.com/2016/08/perencanaan-struktur-gedung-menara-bri.html

                              

Penulis Jurnal  : Frangky A Pangaribuan, Bernard Septian, Sri Sangkawati dan Sutarto Edhisono
Judul Jurnal     : Perencanaan Bendungan Matenggeng di Kabupaten Cilacap

1.1.  Penentuan Judul
Judul Perencanaan Bendungan Matenggeng di Kabupaten Cilacap” dipilih karena sangat tepat untuk dibahas karena saat ini Cilacap mempunyai masalah banjir pada saat musim hujan dan kekurangan air bersih pada saat musim kemarau.

1.2.  Abstrak
Berdasarkan abstrak yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa abstrak tersebut menjelaskan potensi Sungai Cijolang untuk dikembangkan dengan membangun Bendungan Matenggeng. Bendungan Matenggeng diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan air baku di delapan kecamatan, kebutuhan air irigasi untuk D.I. seluas 7.175 ha dan tenaga listrik.

1.3.  Latar Belakang
Berdasarkan latar belakang yang telah dibaca, pembaca menyimpulkan bahwa permasalahan yang dijelaskan penulis sesuai dengan permasalahan yang melanda masyarakat Indonesia yaitu kesulitan mencari air bersih saat musim kemarau tiba. Akibatnya masyarakat kesulitan untuk memproduksi bahan pangan karena kurangnya pasokan air.  Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kebutuhan air di wilayah Cilacap Barat dipasok dari Waduk Manganti di Provinsi Jawa Barat. Akan tetapi jika musim kemarau tiba, air waduk tersebut menyusut drastis. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan infrastruktur bendungan yang layak teknik, ekonomi, sosial dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

1.4.  Metode Pengumpulan Data
Tahap-tahap pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam kegiatan ini tidak disebutkan secara jelas akan tetapi pembaca menyimpulkan beberapa data diperoleh dari stasiun pengamatan hujan.

1.5.  Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis yaitu Bendungan Matenggeng dibangun dengan kapasitas tampungan sebesar 66.535.882,12 m3. Bendungan ini dapat menyuplai air baku di delapan kecamatan dengan proyeksi selama 50 tahun dan daerah irigasi sawah eksisting maupun pembukaan sawah baru dengan luas total 7.715 ha. Bendungan dibangun menggunakan tipe bendungan urugan batu dengan inti lempung, karena ketersedian material batuan yang mencukupi disekitar lokasi bendungan. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan :
1.        Tinggi badan bendungan adalah 82,5 m dengan elevasi puncak bendungan pada + 170,00.
2.        Panjang badan bendungan adalah 630 m dengan lebar bendungan 405 m.
3.        Lebar mercu bendungan adalah 30 m.
4.        Saluran pengarah pada spillway selebar 30 m.
5.        Dimensi kolam olak adalah 28 m x 73 m, dengan USBR tipe 2.
6.        Tubuh bendungan stabil terhadap longsor dengan kemiringan 1:2,5 pada hulu dan 1:2,25 pada hilir bendungan.
7.        Panjang terowongan pengelak adalah 550 m.

Sumber:
http://www.e-jurnal.com/2016/08/perencanaan-bendungan-matenggeng-di.html

                              



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates