Nama : Agung Subekti
Kelas : 1TA 04
NPM : 10314491
1. Jelaskan mengapa di
Indonesia terjadi pelapisan sosial yang sangat kentara, apa faktor yang
menyebabkan hal tersebut?
Pelapisan Sosial Masyarakat Indonesia
Pelapisan sosial merupakan kondisi dimana bagian
individu-individu dari suatu masyarakat yang terdiri atas latar belakang yang
sama akan saling berkumpul dan akan membentuk suatu kelompok masyarakat
sendiri. Hal ini mengakibatkan akan munculnya suatu pelapisan masyarakat atau
pelapisan sosial. Pada hakikatnya manusia sebagai mahluk sosial, hal ini
dirasakan wajar karena individu tentu akan lebih mudah bersama dengan yang
memiliki kesamaan latar belakang dll.
Membicarakan tentang pelapisan sosial,
bagi bangsa Indonesia hal tersebut bukan merupakan suatu hal baru. Jauh sebelum
kemerdekaan, tepatnya ketika agama Hindu-Budha pertama kali masuk ke Indonesia.
Dalam agama Hindu sendiri dikenal dengan nama kasta. Dimulai kasta yang paling
rendah yaitu sudra, waisya, ksatria dan kemudian brahmana. Pelapisan
masayarakat ini sangat berpengaruh ke dalam tatanan kehidupan negara pada
umumnya. Karena pelapisan sosial inilah cikal bakal terjadinya sistem
perbudakan.
Seiring berjalannya waktu, pelapisan
sosial ini masih juga ada di tengah-tengah masyarakat namun dengan gradasi yang
lebih halus. Di agama pun sebenarnya sudah ada dalil “Derajat manusia di
hadapan Tuhan adalah sama”, di UUD 1945 sudah banyak dicantumkan tentang
kesamaan derajat. Namun sistem pelapisan sosial ini sepertinya sudah
mendarah daging di kalangan masayarakat. Ini karena terbentuknya pelapisan
sosial pun ada yang terbntuk secara alami ataupun secara di sengaja. Alami atau
bawaan disini contohnya yaitu pelapisan sosial berdasar umur. Karena umur juga,
biasanya ada yang di tua-kan, dan mendapat tempat tersendiri di masayarakat.
Yang kedua adalah karena dengan cara disengaja. Seseorang akan dipandang
menjadi kalangan kelas atas jika dia mempunyai tingkat kekayaan atau jabatan
yang lebih tinggi dari yang lain.
Faktor
terjadinya pelapisan sosial
1. Terjadi dengan
sendirinya.
Proses ini berjalan sesuai dengan
pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan
tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya
oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh
karena sifanya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari
pada pelaisan ini bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat
dimanapun sistem itu berlaku. Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya,
maka kedudukan seseorang pada suatu strata tertentu adalah secara otomatis,
misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang lebih, atau kerabat
pembuka tanah, seseorang yang memiliki bakat seni, atau sakti.
2. Terjadi dengan
disengaja
Sistem palapisan ini disusun dengan
sengaja ditujuan untuk mengejar tujuan bersama. Didalam pelapisan ini
ditentukan secar jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan
kepada seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan
kekuasaanini, maka didalam organisasi itu terdapat peraturan sehingga jelas
bagi setiap orang yang ditempat mana letakknya kekuasaan dan wewenang yang
dimiliki dan dalam organisasi baik secar vertical maupun horizontal.sistem
inidapat kita lihat misalnya didalam organisasi pemeritnahan, organisasi
politik, di perusahaan besar. Didalam sistem organisasi yang disusun dengan
cara ini mengandung dua sistem ialah :
a)
Sistem
Fungsional
merupakan pembagian kerja kepada
kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan
yang sederajat, misalnya saja didalam organisasi perkantoran ada kerja sama
antara kepala seksi, dan lain-lain
b)
Sistem
Scalar
merupakan pembagian kekuasaan menurut
tangga atau jenjang dari bawah ke atas (vertikal)
2. Berikan contoh
pelapisan sosial yg terjadi dan ada di sekitar kita
Salah satu contoh
dari seseorang yang pernah tinggal di dalam sel tahananan (BUI) mengalami
hal yang sangat menyedihkan. Menurutnya di dalam tahanan lebih sadis dari pada berada
di jalanan yang lebih banyak penjahat. Karena di dalam sel terdapat tingkatan –
tingkatan yang terjadi , seharusnya mereka memiliki hak yang sama, tetapi bukan
itu yang di dapat. Di dalam sel ada tingkat ter tinggi, yaitu untuk orang -
orang yang mempunyai kekayaan yang berlebih, kelas menengah merupakaan kelas
bagi orang –orang yang mempunyai kekuasaan yang besar di dalam tahanan (biasa
kita sebut preman).
Sedangkan yang paling rendah adalah
bagi orang – orang yang tidak mempunyai apa-apa atau orang biasa. Orang biasa
inilah yang menjadi korban oleh orang – orang atau kelompok –kelompok yang
mempunyai kekuasaan dan kekayaan. Mereka sering disiksa, dipukuli, bahkan
menjadin korban sodomi. Hal inilah yang terjadi akibat adanya stratifikasi
sosial yang sebenarnya dapat di hilangkan dengan dibuatnya peraturan yang
tegas. Bukan peraturan yang dapat dibeli atau dipermainkan.
Dari permasalahan di atas merupakan
contoh akibat dari adanya suatu stratifikasi sosial yang terjadi di dalam
tahanan / penjara. Yang merupakan salah satu dari stratifikasi sosial terbuka.
Seharusnya hal tersebut tidak boleh terjadi di lembaga peradilan kita. Karena
keadilan harus ditegakkan dan lembaga tersebut merupakan lembaga yang
seharusnya ditegakkan bukaanya menjadi tempat untuk terbentuknya stratifikasi
sosial di dalamnya. Oleh karena itu penegak hukum maupun hukum itu sendiri
harus melakukannya dengan benar dan bertindak dengan jelas.
Contoh yang lain dari
pelapisan sosial adalah Kasus Ade Irma misalnya, setelah 2 tahun
memperjuangkan haknya mendapatkan pelayanan kesehatan, oleh Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo baru bisa menerimanya. Walau keberhasilannya itu, harus dibayar
mahal dengan nyawanya yang tidak tertolong. Ade, satu diantara sekian banyak
pemilik sah kartu keluarga miskin yang ditolak keluhan kesehatannya oleh rumah
sakit.
Risma Alfian, bocah pasangan Suharsono
(25) dan Siti Rohmah (24), sudah empat belas bulan tergolek lemah di atas
tempat tidurnya. Kepalanya yang terus membesar membuat Risma tidak bisa bangun.
Sejak umur satu bulan, Risma sudah divonis terkena hydrocephalus (kelebihan
cairan di otak manusia sehingga kepala penderita semakin besar). Bidan
tempatnya menerima imunisasi, meminta Risma segera menjalani operasi atas
kelainan kepalanya itu. Operasi tidak serta merta bisa dilakukan lantaran butuh
biaya yang begitu besar untuk mendanainya.
Bahkan dengan memiliki kartu Gakin yang diperolehnya dengan susah payah, juga tidak mampu bisa membawa Risma dalam perawatan medis. Risma ditolak RSCM lantaran tidak indikasi untuk dirawat.
Bahkan dengan memiliki kartu Gakin yang diperolehnya dengan susah payah, juga tidak mampu bisa membawa Risma dalam perawatan medis. Risma ditolak RSCM lantaran tidak indikasi untuk dirawat.
Dari contoh kasus di atas dapat kita
simpulkan bahwa Masyarakat kita sekarang ini tidak mampu berobat ke rumah sakit
karena dirasakan biayanya sangat mahal. Pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin
yang diselenggarakan oleh pemerintah pun belum menjangkau keseluruhan
masyarakat.
Contoh terakhir Contoh kasus pelapisan sosial salah satunya adalah orang miskin atau
tidak mampu di larang sekolah. musim baru pendidikan telah tiba membawa serta
berbagai hal baru. Ada baju (seragam) baru, sepatu baru, kaus kaki baru dan tas
baru. Juga ada topi baru, dasi baru dan tentu saja sederetan kebijakan baru,
baik itu dari pemerintah, yayasan maupun sekolah. Namun yang lebih penting dari
semuanya adalah semangat dan motivasi baru untuk mengefektifkan proses
belajar-mengajar demi meraih sukses (gemilang) di musim UAN-UAS tahun 2011.
Berhadapan dengan semua kebaruan ini sikap dan disposisi batin orangtua siswa
tentu bervariasi. Bagi orangtua konglomerat dan pejabat birokrasi menghadapi
musim baru pendidikan dengan label serba baru bukan masalah. Mereka dengan
wajah sumringah memperlihatkan senyumnya yang tersungging bahagia. Biaya
sekolah yang mahal bukan perkara yang sulit bagi mereka. Anak-anak mereka pun
tampak riang dan ceria saban hari di sekolah.
Sambil duduk manis di dalam ruang kelas mereka
menyimak dengan saksama semua yang diajarkan bapak-ibu guru. Sementara bagi
orangtua pegawai biasa, yang ada pada mereka hanyalah semangat untuk membangun
optimism dalam menata hari esok menjadi lebih baik. Anak-anak mereka umumnya
menampakkan dua wajah sekaligus dalam interaksi sosialnya dengan teman-teman
dan para guru di sekolah: kadang tampak girang, namun tidak jarang wajah mereka
berbalutkan duka nestapa tatkala mengenang kembali kesahajaan hidup dan kekurangmampuan
orangtuanya yang sedang menantikan dengan rindu kedatangan mereka di rumah.
Lantas, bagaimana dengan orangtua yang petani, tukang, buruh, wiraswastawan
kecil dan profesi-profesi selevelnya?
Diantara mereka ada yang masih dengan setia
menyulam asa yang tersisa untuk menyiasati kemiskinan yang sedang menerpa
mereka, kendatipun itu terasa berat. Kebanyakan mereka hanya pasrah sambil
bergumam, "Selamat tinggal pendidikan, selamat tinggal sekolah. Jauhilah
kami, sebab kami tidak mampu menggapaimu. Kami tidak sanggup menanggung
mahalnya biaya pendidikan yang lahir dari rahim kebijakan para penguasa.
Rangkullah erat-erat para konglomerat. Peluklah dengan mesra kaum kapitalis.
Ziarah kami untuk melancong di rimba pendidikan berakhir di sini. Karena pintu
sekolah hanya terbuka bagi orang kaya. Dan kami, orang miskin, dilarang
sekolah." Tetapi ada juga yang dengan polos mendatangi para wakilnya di Dewan
dan Pemerintah Kota untuk sekadar mengadu serentak memohon kalau dapat
anak-anak mereka bisa diakomodir di sekolah negeri karena sekolah swasta
semuanya mahal. Dan gayung pun bersambut, pemerintah (kota) akhirnya merestui
tuntutan para orangtua dan berlakulah kebijakan penambahan ruang belajar baru
di sekolah-sekolah negeri.
BAHASAN kebijakan Pemerintah Kota menambah ruang
belajar baru di sekolah-sekolah negeri tidak bermaksud untuk mematikan
sekolah-sekolah swasta yang sedang eksis saat ini. Pemerintah kota hanya
melaksanakan amanat undang- undang untuk membuka ruang seluas-luasnya bagi
masyarakat pencari pendidikan. Bahkan pemerintah berjanji akan membantu
sekolah-sekolah swasta dengan menempatkan guru-guru negeri di sekolah swasta.
Memang di mana mana orang miskin selalu kesulitan mendapatkan akses untuk
menikmati pendidikan secara memadai karena mahalnya biaya yang tidak
terjangkau, terutama di sekolah-sekolah swasta. Mereka memilih tidak akan
menyekolahkan anak- anaknya di sekolah swasta apabila sekolah negeri tetap ngotot
menolak anak-anak mereka. "Anak saya sudah putus asa, dia tidak mau
sekolah, apalagi di sekolah swasta” kata salah seorang buruh. Lagi-lagi,
sekolah swasta diidentikkan dengan biaya mahal. Dan kemahalan selalu menjadi
momok yang menakutkan para orangtua siswa. Karenanya perlu diwacanakan untuk
dipertimbangkan dalam bingkai kebijakan pemerintah bersama yayasan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar