Nama :
Agung Subekti
Kelas :
1TA04
NPM :
10314491
Gambaran Pemuda-Pemudi Indonesia Saat
Ini (Baik Secara Positif dan Negatif).
Di era jaman sekarang, para pemuda Indonesia harus bisa lebih
untuk mempersatukan bangsa Indonesia menjadi negara yang utuh selain itu, kita
juga harus lebih bersemangat dalam mempersatukan bangsa Indonesia daripada para
pemuda yang dulu. Sebagai pelajar muda penerus bangsa Indonesia kita harus
waspada terhadap perbuatan yang merugikan, baik kepentingan umum maupun
kepentingan pribadi, contohnya mengganggu orang lain yang sedang melaksanakan
ibadah, merusak tempat-tempat ibadah, dll. Selain itu, kita juga harus belajar
yang tekun dan tidak melakukan perbuatan yang tercela. Kita adalah generasi
muda yang tugasnya menggantikan para pemuda jaman dulu yang telah mengisi dan
mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan mempersatukan
persatuan dan kesatuan para pemuda Indonesia.
Kita sebagai pemuda-pemudi pelajar bangsa Indonesia wajib
belajar keras dan menjunjung tingginilai persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia demi menjaga keutuhan negara Indonesia.
Namun,
di era jaman sekarang banyak juga pemuda-pemudi Indonesia yang masih
berperilaku negatif dan mungkin mereka tidak tahu apa makna dari Sumpah Pemuda
itu. Banyak sekali para pemuda-pemudi Indonesia di jaman sekarang yang masih
berperilaku negatif. Misalnya, banyak anak-anak SD, SMP, SMA/SMK yang belum
cukup umur sudah mulai merokok dan mengkonsumsi obat-obatan atau narkoba dan
minum-minuman keras. Selain contoh-contoh tersebut, masih banyak lagi perilaku
para pemuda Indonesia yang melakukan perbuatan negatif. Seharusnya
dengan terbentuknya Sumpah Pemuda yang dibentuk oleh pemuda-pemuda Indonesia
jaman dulu berarti bagi generasi sekarang adalah selalu menjiwai makna Sumpah
Pemuda. Kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan adalah kita wajib ikut
serta menjaga utuhnya persatuan dan kesatuan Indonesia.
Di era jaman sekarang kita bisa mencontoh dan meneladani
semangat pemuda-pemudi Indonesia dalam mempertahankan keutuhan negara Republik
Indonesia meskipun dalam bentuk yang berbeda, akan tetapi dengan tujuan yang
sama. Sebagai contoh pesatnya alat transportasi seperti pesawat terbang,
merupakan salah satu karya anak bangsa, maraknya alat komunikasi yang semakin
canggih, seperti berbagai merk HP, komputer, internet dengan berbagai
fasilitas. Hal ini juga tidak terlepas dari semangat generasi muda dalam
berkarya. Tidak kalah menariknya lagi, sebagai karya anak bangsa juga adanya
produk mobil yang hemat energi, bahkan salah satu SMK di Salatiga berhasil
menciptakan sebuah mobil diesel pick-up. Hal itu suatu bukti bahwa generasi
sekarang mempunyai motivator, semangat, dan energi untuk melakukan hal-hal yang
positif, melakukan persaingan-persaingan sehat untuk mengikuti perkembangan
jaman demi survivenya kehidupan bangsa. Generasi yang seperti itu tentunya
harus didukung dengan belajar dan berusaha. Sebagai generasi muda harus sadar
bahwa kta dituntut untuk selalu berkualitas dan terbakar semangatnya untuk
selalu berkarya. Dengan melihat ke belakang, sejarah perjuangan Sumpah Pemuda
yang dalam keadaan serba terbatas, namun mereka tetap semangat memperjuangkan
utuhnya persatuan dan kesatuan langsung. Maka, dengan adanya generasi sekarang,
di jaman yang serba teknos, serba canggih, tentunya harus lebih bisa
membuktikan bahwa generasi sekarang juga lebih mampu dan lebih tangguh dalam
menjaga persatuan, meskipun dengan cara yang berbeda. Dengan prestasi,
berkarya, dan bersikap sebagai anak bangsa yang selalu mendukung persatuan,
tentunya negara akan tersenyum, aman, dan damai. Negara juga akan bangga,
karena generasi penerus mewarisi dengan isi atau janji Sumpah Pemuda. Betapa
perjuangan Sumpah Pemuda tidak akan sia-sia, karena terlahir generasi yang luar
biasa.
Dengan jaman yang semakin instant, tidak lantas mambuat
generasi muda dinina bobokan, tidak malah bermalas-malasan pada dasarnya tidak
menyalahgubakan fasilitas yang ada. Hal ini bisa memicu runtuhnya pesatuan,
karena hanya dengan malas, tentu akan menjadi generasi yang bodoh. Jika kita
bodoh, tentunya akan mudah dibodohi, mudah emosi. Generasi semacam itu tentunya
akan membuat miskin bangsa ini dan memudahkan rusaknya pecahnya persatuan dan
kesatuan bangsa.
Generasi yang diharapkan bangsa Indonesia ini adalah bangsa
yang tangguh, sehingga tangguh pula persatuan bangsa. Dengan adanya alat
komunikasi, transportasi, dan tentunya teknologi yang canggih, diharapkan lebih
bisa menjadikan alat pemersatu. Itu akan menjadi tugas kita sebagai generasi
muda. Secara bersama generasi yang sekarang berjuang sekuat tenaga, memperkokoh
persatuan seperti kebersamaan semut yang selalu bersalaman ketika bertemu. Hal
tersebut merupakan makna filofosif, bahwa mereka selalu bersama, saling
bersatu, rukun, memperkokoh persatuan dan tidak terjadi perpecahan.
Gambaran Mengenai Pemerataan Pendidikan di Indonesia.
Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak
Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara
umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN, kita masih ketinggallan jauh, oleh karena itu,
upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar bangsa kita tidak menjadi tamu
terasing di Negri sendiri terutama karena terjajah oleh budaya asing dan
terpaksa menari diatas irama gendang irang lain. Upaya untuk membangun sumber
daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan
berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini di sebabkan
dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup
mendasar dan bersifat kompleks. Kita masih menghadapi sejumlah masalah
yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat penting untuk segera
diatasi karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, ada beberapa
masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai berikut.
- Rendahnya pemerataan kesempatan
belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik yang putus
sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.
- Rendahnya mutu akademik
terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika, serta bahasa
terutama bahasa inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci
dalam menguasai dan mengembangkan iptek.
- Rendahnya efisiensi internal
karena lamanya masa studi melampaui waktu standart yang sudah ditentukan.
- Rendahnya efisiensi eksternal
sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi pendidikan, yang
menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus
meningkat. Secara empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga
terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih di dominasi
oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan
efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian pertambahan
kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan pertambahan
jumlah lulusan lembaga pendidikan.
- Terjadi kecenderungan
menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan
kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan
remaja. Dalam hal ini pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi
landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan
kepada peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi
landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke
masyarakat. Masalah-masalah diatas erat kaitanya dengan kendala seperti
keadaan geografis, demografis, serta sosio-ekonomi besarnya jumlah
penduduk yang tersebar diseluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas.
Kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat
dengan masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak
hanya disebabkan oleh adanya kelemahan menejemen pendidikan tingkat mikro
lembaga pendidikan, tetapi karena juga menejemen pendidikan pada tingkat
makro seperti rendahnya efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem
pendidikan. Sistem dan dan tata kehidupan masyarakat tidak kondusif yang
turut menentukan rendahnya mutu sistem pendidikan disekolah yang ada
gilirannya menyebabkan rendahnya mutu peserta didik dan lulusannya.
Kebijaksanaan dan progran yang ditujukan untuk mengatasi berbagai
permasalahan di atas, harus di rumuskan secara spesifik karena fenomena
dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-beda di seluruh wilayah
Indonesia.[2]
Sistem pendidikan menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai supra sistem. Pembanguana sistem
pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak singkron dengan pembanguanan
nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan
sistem sosial budaya sebagai supra sistem tersebut, dimana sistem pendidikan
menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan
intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya suatu permasalahan
intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar
sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu
sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi
masyarakat disekitarnya, dari mana murid-murid sekolah tersebut berasal, serta
masih banyak lagi faktor-faktor lainnya diluar sistem persekolahan yang
berkaitan dengan mutu hasil belajar tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka penanggulangan masalah
pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen dan melibatkan
banyak pihak.
Pada
dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air
kita dewasa ini, yaitui:
- Bagaimana semua warga Negara
dapat menikmati kesempatan pendidikan.
- Bagaimana pendidikan dapat
membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat
terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Yang
pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah masalah mutu,
relevansi, dan juga efisiensi pendidikan.
Seperti
telah dikemukakan diatas, pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok
pendidikan yang telah menjadi kesempatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya. Masalah yang dimaksud adalah:
Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memanjakan
bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia
untuk memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan
bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
itu menjadi wahana bagi pembanguana sumber daya manusia untuk menunjang
pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak
warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam
sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilita pendidikan yang
tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita Undang-Undang No 4 tahun 1950
sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada bab XI pasal 17
berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang
sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan
untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI
pasal 10 ayat 1 menyatakan: ”semua anak yang berumur 6 tahun berhak dan yang
sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun “ ayat 2
menyatakan: “belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari
menteri agama yang dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.
Landasan
yuridis pemerataan pendidika tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai
akibat penjajahan.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting
sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka
mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajauan melalui berbagai media
massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan
sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan
menjadi penghambat pembangunan.
Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di
dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk
dapat berpatisipasi dalam pembangunan, maka setelah upaya pemerataan pendidikan
terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini
akan dibicarakan pada butir tentang masalah mutu pendidikan.
Khusus pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang
berjenjang dan tiap-tiap jenjang memiliki fungsinya masing-masing maupun
kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap jenjang itu diatur
dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi
yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus menerus dengan saksama.
Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan penyediaan
memperoleh kesempatan pendidikan didasarkan atas pertimbangan faktor
kuantitatif, karena kepada seluruh warga Negara perlu di berikan bekal dasar
yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah dan terutama pada jenjang pendidikan
yang tinggi, kebijakan pemertaan didasarkan atas pertimbangan kualitatif
dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperluan, tenaga kerja, dan
keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu, dan tekonologi. Agar
tercapai keseimbangan antara faktor minat dengan kesempatan
memperoleh pendidikan, perlu diadakan penerangan yang seluas-luasnya mengenai
bidang-bidang pekerjaan dan keahlian dan persyaratannya yang dibutuhkan dalam
pembangunan utamanya bagi bidang-bidang yang baru dan langka.
Perkembangan upaya pemerataan pendidikan berlangsung terus
menerus dari pelita ke pelita. Didalam Undang-Undang No.2 tahun 1989
tengtang sistem pendidikan nasional III tentang hak warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, pasal 5 menyatakan: ”setiap warga Negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan”. Bahkan dalam pasal 7 mengenai hak telah
di tegaskan sebagai berikut: “penerimaan seorang peserta didik dalam suatu
satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama,
suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Perkembangan iptek menawarkan beraneka ragam alternatif
model pendidikan yang dapat memperluas pelayanan kesempatan belajar. Dilihat
dari segi waktu belajarnya bervariasi dari beberapa jam, hari, minggu, bulan,
sampai tahunan, melalui proses tatap muka sampai pada lingkungan alam yang
dapat mendung.
Saran untuk Pemuda-pemudi di
Indonesia:
Saran saya, sebagai pemuda kita harus melanjutkan perjuangan
yang diperjuangkan oleh para pendahulu kita, kita tidak boleh merusak apa yang
dicita-citakan oleh bangsa ini karena kemunduran akan menghancurkan kita.
Sumber: